Kami menyebutnya Spasi Pagi sejenak memberi ruang, memberi jeda dari rutinitas, untuk bertemu, mengopi, dan berdiskusi tipis-tipis tentang hal besar: literasi di Jombang.
Hadir dalam pertemuan hangat itu sosok-sosok penggerak yang tak pernah letih menyulut cahaya di tengah lorong-lorong sunyi dunia baca:
-
Pak Lukman dari TBM RBGM,
-
Pak Andhi, pegiat sastra yang ucapannya sejuk seperti puisi,
-
Bu Wiwik dari TBM Rumah Riang yang selalu membawa keceriaan,
-
Pak Dhuha dari TBM Smart Desa, dengan gagasan segar untuk literasi di pelosok,
-
dan tentu saja Bu Ifa, pengelola TBM Bait Kata, tuan rumah pagi itu yang begitu ramah dan penuh semangat.
Obrolan kami mengalir seperti sungai. Dimulai dari tepian: cerita-cerita kecil tentang kegiatan di TBM masing-masing. Lalu pelan-pelan mengalir ke tengah: tentang tantangan, harapan, dan kebutuhan membangun jaringan literasi yang lebih kuat di Jombang.
Bukan pertemuan besar. Tak ada panggung, tak ada mikrofon. Tapi justru dalam kesederhanaan itulah kami menemukan makna. Sebab literasi bukan soal siapa yang bicara paling keras, tapi siapa yang mau terus menyalakan lentera walau dalam gelap.
Kami bersepakat, saatnya merangkai kembali jaringan literasi Jombang, bukan sekadar untuk hadir, tapi untuk bergerak dalam satu napas, satu gagasan: membangun masyarakat yang gemar membaca, berpikir kritis, dan berkarya.
Mari Ikut Menyalakan Api Kecil Itu
Literasi bukan hanya soal buku. Ia soal harapan. Soal jendela yang terbuka bagi generasi muda untuk bermimpi. Jika Anda membaca ini, mungkin Anda adalah bagian dari cahaya itu. Datanglah. Ngopi bersama kami. Bicaralah. Tertawalah. Lalu mari kita mulai menyusun langkah, dari Jombang untuk Indonesia yang lebih melek dan berdaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT